Rabu, 12 April 2017

Anorgasmia, Wanita Penderita Susah Orgasme

Jakarta, CNN Indonesia -- Meski telah dirangsang dengan berbagai cara, tidak semua perempuan bisa merasakan puncak kenikmatan seksual saat berhubungan intim. Kondisi itu dikenal dengan istilah anorgasmia.

Anorgasmia merupakan istilah medis untuk kondisi kesulitan mencapai orgasme secara teratur meski telah mendapatkan stimulasi seksual yang cukup. Kondisi ini lebih banyak dialami oleh kaum Hawa.

Menurut definisi, gejala utama dari anorgasmia adalah ketidakmampuan untuk mengalami orgasme atau butuh waktu panjang agar bisa mencapainya. Ada berbagai jenis anorgasmia:

1. Anorgasmia primer: tidak pernah mengalami orgasme sama sekali

2. Anorgasmia sekunder: sebelumnya pernah mengalami orgasme, tapi sekarang mengalami kesulitan mencapai klimaks

3. Anorgasmia situasional: hanya bisa mengalami orgasme dalam kondisi tertentu, seperti seks oral atau masturbasi. Hal ini sangat umum terjadi pada perempuan. Bahkan, sebagian besar perempuan mengalami orgasme hanya dari stimulasi klitoris.

4. Anorgasmia umum: tidak dapat orgasme dalam situasi apapun atau dengan pasangan mana pun.

Wanita dengan ‘bakat’ susah orgasme

Berikut beberapa faktor yang membuat wanita memiliki 'bakat' susah orgasme, seperti dilansir Mayoclinic, Selasa (11/11):

1. Penyakit tertentu

Contoh kondisi fisik yang dapat menyebabkan masalah seksual antara lain arthritis (nyeri sendi), masalah kandung kemih atau usus, operasi panggul, kelelahan, sakit kepala, masalah nyeri lainnya.

Kondisi medis yang memengaruhi pasokan saraf ke panggul, seperti multiple sclerosis, neuropati diabetes, dan cedera sumsum tulang belakang, juga memengaruhi kemampuan seksual wanita. Penyakit yang berhubungan dengan pembuluh darah, seperti diabetes dan penyakit jantung juga dapat menyulitkan wanita untuk merasakan pengalaman orgasme.

Sama halnya dengan ereksi, untuk dapat menikmati aktivitas seksualnya dibutuhkan elastisitas pembuluh darah dan ritme jantung yang stabil untuk memompa darah ke bagian kelamin wanita. Pengerasan arteri dan penyumbatan oleh plak dapat menyebabkan disfungsi seksual pada wanita, termasuk kesulitan merasakan orgasme.

2. Konsumsi obat

Obat-obat tertentu, seperti beberapa antidepresan, obat tekanan darah, antihistamin dan obat-obatan kemoterapi, dapat menurunkan gairah seks dan kemampuan tubuh untuk mengalami orgasme.

3. Masalah hormonal

Kadar estrogen yang rendah setelah menopause dapat menyebabkan perubahan dalam jaringan genital dan respons seksual. Lipatan kulit yang menutupi area genital (labia) menjadi lebih tipis, sehingga lebih mengekspos klitoris. Peningkatan paparan ini terkadang mengurangi sensitivitas klitoris.

Lapisan vagina juga menjadi lebih tipis dan kurang elastis, terutama jika Anda tidak aktif secara seksual, menyebabkan kebutuhan akan stimulasi yang lebih untuk bersantai dan melumasi vagina sebelum hubungan seksual. Faktor-faktor ini dapat menyebabkan hubungan seksual yang menyakitkan (dispareunia), dan butuh waktu lebih lama untuk mengalami orgasme.

Kadar hormon tubuh wanita juga bergeser setelah melahirkan dan selama menyusui, yang dapat menyebabkan kekeringan vagina dan dapat mempengaruhi keinginan Anda untuk melakukan hubungan seks.

4. Masalah psikologis

Kecemasan atau depresi yang tidak diobati dapat menyebabkan atau berkontribusi terhadap disfungsi seksual, seperti stres jangka panjang. Kekhawatiran kehamilan dan tuntutan sebagai seorang ibu baru mungkin memiliki efek yang sama.

Konflik jangka panjang dengan pasangan, tentang seks atau aspek lain dalam hubungan Anda, juga dapat mengurangi respons seksual. Masalah budaya dan agama dan masalah dengan citra tubuh juga dapat berkontribusi.

Gangguan emosi dapat menjadi penyebab dan akibat dari disfungsi seksual. Terlepas dari mana siklus dimulai, biasanya Anda perlu mengatasi masalah hubungan untuk mendapatkan pengobatan yang efektif.

5. Riwayat pelecehan seksual

Wanita dengan riwayat pelecehan seksual atau pemerkosaan cenderung lebih sulit untuk merasakan pengalaman orgasme. Seringkali trauma membuat wanita lebih sulit untuk terangsang secara seksual, apalagi menikmati hubungannya di atas ranjang. Dibutuhkan dukungan psikologis untuk dapat menghilangkan trauma psikis yang dirasakan korban perkosaan, sehingga ia kembali dapat menikmati kehidupannya dengan normal.

Reporter: Merry Wahyuningsih & Merry Wahyuningsih , CNN Indonesia